My Blog

Assalamualaikum..

Selamat datang di my blog
Smoga dapat bermanfaat buat semua yaa..
Mohon maaf apabila artikel-artikelnya kurang memuaskan..
"tidak ada yg sempurna di dunia ini,, mari kita saling melengkapi saja"

wassalam

Sabtu, 16 Januari 2010

Kekuasaan Allah

Disusun Oleh:
Fadlih Eka (037109279)
Siti Fatimah (037109127)
Yanti (037109236)
Dewi Sri (037109 )

Topik : Kekuasaan Allah
Sub Topik : - Efek-efek kekuasaan Allah dalam Ciptaan-Nya
- Keseimbangan dan keharmonisan ciptaan-Nya
- Hubungan antar Allah dan ciptaan-Nya

1. Efek-efek kekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya
Alam semesta ini berjalan dengan kokoh, rapi, dan indah. Dengan penyelidikan-penyelidikan dan percobaan yang teratur dan terarah yang kemudian diikuti dengan pengolahan yang seksama. Setelah kita beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima bahwa hukum-hukum itu adalah Sunnatullah atau aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah bagi makhluknya yang tidak pernah berubah-ubah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Faathir :43.

Dengan demikian maka ketaatan kepada hukum-hukum alam itu pada hakikatnya merupakan ketaatan kepada Allah juga. Jadi kita dapat simpulkan bahwa alam semesta ini mempunyai sifat umum berupa ketaatan kepada Allah. Sifat ini sebenarnya sangat penting dan telah diajarkan dalam Al-quran dalam surat Fushilat 11.
Adapun manusia sama halnya dengan alam itu, ialah makhluk Allah juga, sehingga semestinya memiliki sifat ketaatan kepada Allah pula. Jika tidak, maka berarti pelanggaran yang sangat membahayakan bagi manusia itu sendiri, sebab kontradiksi terhadap keseragaman alam semesta tempat ia hidup. Karena merupakan pelanggaran terhadap hukum yang yang telah dtentukan oleh penciptanya, dihapuskan dengan jalan kembali menaati Allah. Itulah yang dinamakan taubat kepada Allah.
Seandainya makhluk yang dinamakan manusia itu tetap tidak mau kembali ke jalan Allah, maka dia sendiri yang menerima akibatnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anbiya :16.


2. Hubungan antar Allah dan ciptaan-Nya.
Keseimbangan dan keharmonisan ajaran Islam mengandung implikasi bahwa Islam selalu berada pada garis tengah, tidak ekstrim pada salah satu pandangan, tidak materialistis, dan tidak pula sosialis. Islam memandang hidup secara utuh dan seimbang antara realita dan idealita. Kehadiran Islam menjadikan umatnya sebagai saksi yang berada di garis tengah terhadap seluruh realitas kehidupan.
Berbeda dengan agama lainnya yang memisahkan hidup manusia secara tegas bahwa agama hanya berkaitan dengan masalah penyembahan saja. Islam tidak hanya mengetengahkan urusan individu penganutnya, melainkan juga urusan masyarakat, negara, bahkan hubungan antarbangsa.Islam tidak membedakan ras, suku, dan bangsa. Ia diturunkan Allah untuk seluruh manusia dari bangsa dan golongan mana pun. Orang-orang Barat sering kali menyamakan Islam dengan Arab, seolah-olah Islam itu sama dengan Arab. Padahal keterkaitan Islam dengan Arab hanya terbatas pada sejarah dan bahasa, yaitu Nabi Muhammad SAW., pembawanya, dari Arab dan Al-Quran sebagai kitab sucinya diturunkan Allah dalam bahasa Arab. Di luar itu, Islam tidak identik dengan Arab. Ajaran Islam mendorong lahirnya umat multiras, etnik, dan golongan, tetapi memiliki satu kebanggaan yang menyatukan semuanya. Ikatan yang memperkokoh kesatuan dirinya adalah tauhid.
Islam mengembangkan kesatuan dan kesamaan, baik kesetaraan gender maupun ras dan etnik. Oleh karena itu, Islam sangat membenci diskriminasi gender dan diskriminasi rasial. Konsep persamaan yang terkandung dalam ajaran Islam melahirkan sikap saling menghargai (demokrasi) yang menjadi salah satu ciri umat Islam. Menghargai orang lain, baik fisik, kondisi maupun pendapatnya juga merupakan salah satu ciri dari demokrasi. Saling menghargai dalam tatanan umat Islam merupakan suatu keharusan yang menjadi ciri dalam komunikasi sehari-hari.
Umat Islam bukanlah kelompok yang tertutup (ekslusif), tetapi kelompok yang sangat terbuka terhadap pihak lain bahkan terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar sepanjang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Ajaran Islam sangat adaptif terhadap budaya masyarakat, bahkan pada waktu tertentu dapat mengadopsi nilai-nilai budaya sebagai bagian dari ajaran Islam. Dengan demikian, umat Islam merupakan masyarakat yang terbuka dan dinamis serta selalu berorientasi pada masa depan yang lebih baik tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar yang menjadi dasar pijakannya.
Agama Islam adalah agama yang menebarkan perdamaian, persaudaraan, dan persamaan. Oleh karena itu, hal-hal yang dapat menjadi pemicu lahirnya ketidakstabilan dan permusuhan antar manusia harus dihindari. Salah satu yang tidak diperkenankan dalam ajaran Islam adalah pemaksaan satu kelompok kepada kelompok lain. Agama bagi Islam adalah keyakinan yang harus datang dari kesadaran diri terhadap eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Apa yang baik dan buruk sudah sangat jelas diperlihatkan Allah dalam ayat-ayat-NYA, baik yang tersurat dalam Al-Quran maupun yang tersirat dalam alam ciptaan Tuhan. Manusia tinggal melihat, memahami, mempercayai dan meyakininya melalui proses berpikir yang benar. Islam mendorong umatnya untuk bekerjasama dalam berbagai segi kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan umat beragama lain sepanjang kerja sama dilakukan untuk kebaikan. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus berusaha untuk saling menguntungkan dan tidak melanggar hukum. Umat Islam dituntut untuk melakukannya dengan baik dan adil.

3. Hubungan antar Allah dan ciptaan-Nya
Tegaknya langit, keseimbangan benda-benda langit, sesuai dengan ciptaan dan pengaturan dari penciptanya, sebagaimana disebut dalam firman Allah surat Ar-rahman :7 dan Faathir :41.

Ayat-ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan yang membawa kepada ketenangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu saling bergerak. Hal ini menunjukan kenyataan kebenarannya terhadap umat manusia. Di angkasa terdapat sumber rezeki, sebagaimana disebut dalam Al-quran surat adz-dzaariyaat :22.

Ayat ini dengan jelas menyatakan adanya sumber rezeki untuk kita umat manusia. Sebenarnya kalau kita pikirkan baik-baik memanglah kita ini telah mendapat beraneka ragam rezeki yang tak ternilai harganya dari langit, seperti udara untuk kita bernafas, air hujan, dan sinar matahari. Selanjutnya dengan eksplorasi dan penjelajahan angkasa luar yang telah dirintis manusia dewasa ini dengan pendaratan sukses di permukaan bulan, dapatlah kiranya manusia nantinya membuka sumber rezeki di angkasa luar.
Dalam firman-Nya yang lain, Allah menegaskan bahwa seluruh isi jagad raya ini boleh dan dapat dimanfaatkan oleh manusia, memang dimudahkan untuk kepentingan umat manusia itu. Sebagaimana firman Allah dalam Al-quran surat Al-Jaatsiyah :13.

Selanjutnya perlu diketahui, bahwa jika ada manusia mau benar-benar bertaqwa kepada Allah, maka Allah menjanjikan kemakmuran yang diturunkan dari langit dan juga dari bumi yang dipijaknya. Sebagaimana disebut dalam Al-quran surat Al-A’raf :96.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar